Warga dari
dua desa di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur
(NTT) saling bentrok pada Kamis, 23 Agustus 2018 kemarin. Kemudian bentrokan
susulan kembali terjadi pada Jumat malamnya dan menyebabkan satu orang tewas, 8
orang luka-luka sementara lebih dari 200 warga Desa Oebelo harus mengungsi dari desanya.
Para korban
pengungsi akhirnya ditampung untuk sementara di GMIT Emaus Oebelo, Kupang. Banyak di antara korban adalah wanita dan anak-anak.
“Warga lokal dari Desa Oebelo, terutama anak-anak dan kaum perempuan terpaksa mengungsi ke bangunan gereja untuk menyelamatkan diri dari konflik antara warga Desa Oebelo dan Tanah Merah (yang merupakan warga eks Timor Timur (Timtim),” kata Pendeta Regina Bule Logo Duri, Majelis Jemaat GMIT Emaus Oebelo.
Baca Juga :
Bentrok TNI-Polri, Jokowi Minta Ada Solusi Permanen
Bentrok, Warga Perbatasan Myanmar Berlindung di Gereja
Pendeta Regina
menyampaikan warga Desa Oebelo masih tinggal di gereja dan masih takut pulang ke
desanya karena masih mengalami trauma. Meski begitu ada juga sebagian warga yang
memilih untuk pulang ke rumah untuk makan atau sekadar mandi. “Sesudah itu kembali berkumpul bersama warga lainnya di gereja tersebut,” katanya.
Dia juga mengaku
bahwa gereja tak keberatan jika warga memakai gereja sebagai tempat perlindungan
sementara. Namun untuk masalah kebutuhan sehari-hari, para warga harus memenuhinya
sendiri. “Kami dari pihak gereja mengizinkan warga lokal Oebelo untuk
menjadikan gereja sebagai tempat perlindungan, namun terkait dengan kebutuhan pangan, masih menjadi tanggungan masing-masing,” kata Pendeta Regina.
Pendeta Regina
berharap kondisi ini bisa segera diresponi oleh pemerintah. Dia meminta supaya pemerintah
setempat bisa memfokuskan perhatian kepada korban pengungsi yang berasal dari dua desa tersebut.
Sementara untuk
keamanan, Pendeta Regina meminta supaya segera mengamankan dan meningkatkan kewaspadaan di sekitar lokasi bentrokan.
“Kami harap
pemerintah daerah juga menyiapkan kebutuhan dapur umum untuk ketersediaan pangan
yang cukup dan fasilitas obat-obatan, serta MCK bagi para warga yang berada di lokasi pengungsian,” ucapnya.
Sementara
Kasubag Humas Polres Kupang Iptu Simon Seran menyampaikan bahwa bentrokan antar
warga di dua desa ini sudah sering terjadi. Salah satu pemicunya adalah adanya rasa
dendam akibat masalah yang terjadi sebelumnya. Karena itu masalah tersebut harus segera diselesaikan oleh kedua belah pihak.
“Perlu dilakukan
mediasi dengan melibatkan pihak pemerintah desa, kecamatan, tokoh agama maupun
tokoh masyarakat dari kedua belah pihak untuk mencegah timbulnya permasalahan baru,”
ucap Simon.
Mari kita
doakan supaya situasi di Desa Oebelo dan Tanah Merah segera berakhir. Kiranya persatuan
sebagai satu bangsa dan bersaudara terjadi di sana.